KEMENTERIAN DESA Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang membidangi urusan pembangunan desa dan kawasan, perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa dan kawasan perdesaan, percepatan pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi merupakan kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bapak Presiden dan dipimpin oleh seorang Menteri yang sejak 27 Oktober 2014 dijabat oleh Marwan Jafar dan pada tahun 2016 beralih kepada Bapak Eko Putro Sandjojo. Sejak periode kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo hingga kini Sekretaris Jenderal Kementerian dijabat oleh Anwar Sanusi, Ph.D yang menyelesaikan S3 nya di Negeri Matahari Terbit dan salah satu pelopor berdirinya organisasi NU di Jepang sekaligus sebagai Ketua Tanfidz PCI-NU Nihon 2004-2006
Bagi sosok Anwar Sanusi jabatan di lingkup kesekretariatan kementerian yang memiliki tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan di lingkungan kementerian bukanlah hal yang baru mengingat jabatan sebelumnya yang disandang berkaitan erat dengan administarasi negara, yaitu sebagai Kepala Pusat Pembinaan Analisis Kebijakan, Kepala Pusat Inovasi Kelembagaan Sumber Daya Aparatur, Kepala Pusat kajian Kinerja Kelembagaan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sebagai birokrat karir Mas Anwar biasa saya memanggil memiliki etos kerja yang luar biasa, sudah ada dikantor jam 07.00 WIB pagi dan pulang jam 11.00 WIB malam adalah rutinitas keseharian. Bayangkan ada berapa jam yang tersisa untuk keluarga bila kediaman pribadinya ada di wilayah yang lumayan jauh di Cileduk. Baginya bekerja tuntas dan memberikan pengabdian semaksimal mungkin kepada negara adalah bagian dari cara mengejawantahkan integritas, kemampuan dan keilmuan kepada Tanah Air.
Sebagai birokrat yang menduduki jabatan pimpinan tentu acara kunjungan di berbagai daerah juga menjadi tuntutan tugas dan itu selalu disempatkan hadir karena tidak ingin mengecewakan para staf dan masyarakat desa yang selalu berharap Sekjen Kementerian Desa PDTT dapat hadir tanpa diwakili.
Apa yang terjadi pada sosok Anwar Sanusi sebenarnya tidak mengherankan bagi saya, kawan saat duduk di SMP Negeri 1 Ponorogo ini dan kemudian bertemu saat sama-sama aktif di KPMP Keluarga Pelajar Mahasiswa Ponorogo di Yogyakarta sudah menunjukkan bakatnya pada aktifitas organisasi dan rutin menyelenggarakan berbagai acara untuk penguatan kaderisasi siswa di kota kelahiran Ponorogo bersama-sama mahasiswa yang ada kuliah di Yogyakarta.
Dunia itu memang sempit dan semuanya tidak terprediksi bila setelah sekian puluh tahun tidak pernah bersua bertemu pada kepentingan yang sama... membantu Pak Presiden Jokowi untuk mengawal program pembangunan yang beliau canangkan.. mengejawantahkan dan mengawal Nawa Cita ke 3 membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Perjalanannya setelah lulus mulai dari UGM hingga melanjutkan kuliah di Jepang dan saya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang lebih banyak menghabiskan waktu di profesi dan aktifitas ormas di Jawa Timur dipertemukan oleh panggilan mengawal negara. Kedengaran memang melangit namun itulah situasi saat ini bahwa Pak Jokowi harus dikelilingi oleh tidak sekedar orang-orang pintar namun juga orang yang berdedikasi dan baik.
Dalam berproses memunculkan figur Pak Jokowi sejak tahun 2013 saya meyakinkan bahwa banyak bertemu kawan relawan Jokowi yang memiliki hati baik. Begitu juga dengan Mas Anwar Sanusi sebagai birokrat karir telah memperlihatkan kerja profesional yang baik bersama dua menteri yang berbeda dalam satu periode untuk mensejahterakan, membangun dan memandirikan desa-desa di Indonesia.
Semoga kesehatan terlimpahkan pada Mas Anwar, Bapak Presiden Joko Widodo dan kita sekalian untuk lebih bermanfaat pada bangsa dan negara. 9/10/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar