Kamis, 02 Maret 2017

MEMAINKAN PERAN NEGARAWAN AGAR BERMANFAAT UNTUK KESEIMBANGAN DUNIA



BELUM GENAP TIGA TAHUN Negara kita dipimpin oleh seorang presiden yang namanya saat itu nyaris tidak diperhitungkan dalam perbincangan kandidat capres Kepala Negara di Negara Kesatuan Republik Indonesia, apalagi setiap ditanya media beliau mengatakan masih konsen pada urusan DKI... belum mikir untuk nyopras nyapres..  diakui ataupun tidak ada peran temen-temen sosial media untuk memaksakan nama Joko Widodo menjadi kandidat calon Presiden. Momentum untuk membawa ke permukaan nama Pak Jokowi memperkenalkan saya pada sosok nama-nama Yanes Frans, Sihol, Fidel, Alm Kang Endang, Bayutami, Sisri dan beberapa nama yang mulai terlupakan karena memang sejak perhelatan Kongres Relawan Jokowi 15 Juni 2013 di Gedung Indonesia Menggugat Bandung nyaris tidak bertemu kecuali Bang Yanes yang acapkali mengunjungi Jawa Timur untuk konsolidasi dan memperkenalkan nama Pak Jokowi ke masyarakat, ya dapat dikatakan kampanye nekad karena pada saat itu partai politik masih berkeliaran mencari figur yang layak menurut elite pimpinan parpolnya, disisi lain alumni Relawan Kongres Bandung tak terbendung bergerak menebarkan cerita melalui cara mandiri yang mampu digapainya. 



Baru beberapa bulan setelah PDIP mulai melirik Pak Jokowi berduyun-duyunlah parpol yang belum memiliki capres dan beberapa elemen mulai bangun dari tidur menyemarakkan pencalonan Pak Jokowi, dan memang Pak Jokowi hadir tepat di era saat ini. Indonesia butuh sosok pekerja bukan sekedar pencitra atau petualang pengejar kekuasaan. Semua tokoh sebenarnya mampu melakukan seperti yang dilakukan Pak Jokowi namun mungkin kelebihan dari presiden yang hingga hari ini tetap kurus adalah keikhlasan membangun negara guna menciptakan monumen pengabdian kepada rakyat dan bangsa tanpa ambisi bila dibanding dengan tokoh yang lain, tidak tersirat menempatkan putra-putranya dalam lingkaran kekuasaan negara atau bisnis, membiarkan semua keluarganya untuk mencari jalan hidup yang disuka tanpa harus membebani negara. Mengalir tanpa beban... demikian juga banyak kawan-kawan relawan setelah pencapresan juga kembali pada habitat masing-masing, yang pedagang kembali berdagang yang mengajar kembali mengajar yang makelaran kembali menjadi makelar tanpa membebani yang diantarkan menjadi Presiden.
Figur yang amat sangat sederhana konon menjadikan banyak masyarakat meragukan "kehebatan terpendam" yang akan menjadi jurus politik seorang presiden pilihan rakyat, terlebih bagi sebagian rakyat yang mengidolakan sosok superhero atau figur priyayi yang memiliki titel kesarjanan berderet atau garis keturunan bangsawan saudagar, masih ingat saya setelah pencoblosan saya kluyuran di mall di kota tetangga tempat pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi amtenar dan golongan pegawai berseragam.
Diantara kenalan saya mereka banyak yang tidak memilih karena komunitasnya menganjurkan untuk memilih bukan Pak Jokowi tetapi hati kecilnya menyukai sosok pemimpin ndeso.... mungkin juga kawanku sadar bahwa asalnya juga dari ndeso. Namun bagi saya tidak menjadi soal karena memang insting saya lebih kuat.
Itu cerita lalu dan sengaja saya ceritakan untuk mengingatkan pada kawan-kawan yang pernah berkumpul di Bandung 2013 bahwa kita pernah menciptakan sejarah untuk negeri ini meski saat ini ada di pinggiran jauh dari riak kekuasaan, punya nilai itu lebih membanggakan daripada tak berperan namun ikut merebut hasil perjuangan.
Perjalanan pemerintahan Pak Jokowi belum selesai dari hantaman gelombang ketidaksukaan beberapa rakyatnya, dan itu wajar karena di jaman IT dan keterbukaan membebaskan semua orang untuk mengungkapkan isi hatinya, dan saya yakin itu akan berlangsung terus menerus hingga 2019 atau hingga kepentingan dan tujuannya terpenuhi. Dan seperti sering disampaikan Bang Yanes sebagai mentor relawan bahwa Pak Jokowi adalah sebagai tangan Tuhan rasanya sangat dapat saya pahami. Semua akan berakhir dengan sendirinya tatkala Sutradara Jagat telah selesai dengan misinya, misi untuk memberi perubahan ke arah kemakmuran bangsa Indonesia. Demo dan cacian serta fitnah tak mampu menggeser kepercayaan masyarakat terhadap sosok Presiden Jokowi, malah menjadi boomerang bagi mereka yang sengaja melemparkan telor busuk..
Momentum kedatangan Raja Salman menunjukkan bahwa Pak Jokowi adalah negarawan yang diperhitungkan dalam kancah perpolitikan dunia, berkomunikasi secara elegan dan nyaris menguasai panggung dunia hari ini. Semua menjadi adem melalui komen-komen jenaka Pak Jokowi. Komunikasi tingkat tinggi luruh menjadi suguhan yang dapat diterima semua kalangan tanpa harus merendahkan fatsun dan hirarki kenegaraan.
Namun demikian prestasi Pak Jokowi sebagai pemimpin Indonesia yang mendunia bukan berarti tidak akan mendapatkan gangguan dari lawan-lawan politik yang tentu saja tetap berkeinginan tampil di depan dan mementahkan semua yang didedikasikan oleh Pak Jokowi terhadap rakyat, tidak dinamis negara yang tanpa koreksi dan warna-warni kepentingan. Hal ini tentu disadari oleh Pak Jokowi dan rakyatpun dengan adanya keterbukaan informasi secara mandiri akan menempatkan sebagai warga bangsa yang tidak mudah dihasut serta diprovokasi, bila memang Pak Jokowi telah menunjukkan kesungguhan membangun NKRI tentu rakyat mendukung sepenuh hati.. Jokowi adalah Kita, dan KITA ADALAH RAKYAT INDONESIA.. Salam WHP (foto:setneg, pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar